Sejujurnya, aku paling malas menghadiri acara seremonial apapun. Salah satunya pesta pernikahan. Ini karena kebanyakan "kondangan" di Indonesia sarat dengan rentetan titi laku yang membosankan, polesan di permukaan, dan minim makna setidaknya buatku. Silakan tuduh aku tidak cinta budaya tradisional Indonesia, tapi mari jujur pada diri sendiri, berapa dari kita yang masih paham arti urutan ular-ular atau makna simbol setiap bunga dan perhiasan yang dikenakan pengantin? Syukurlah aku dulu tidak perlu mengalaminya. Orangtuaku membebaskanku untuk menentukan aku ingin pakai baju apa dan bagaimana alur acaranya. Resepsiku bisa dibilang nir-budaya. Ala nasional? Liberal? Atau malah mungkin lintas-budaya? Eh bukan ding, sepertinya semauku saja sih. Ah. Mungkin aku hanya lelah menemui berbagai akumulasi topeng sosial kultural yang mengukungku. Lelah hidup di dalamnya tak berdaya melanggarnya tanpa menyinggung manusia lain.
a very selfish blog