Tidak sengaja menonton film berdasar games balapan yang tayang di salah satu stasiun swasta malam ini.
Bukan, aku tidak akan membahas tentang film itu.
Aku pertama mengenal istilah Need for Speed di awal tahun 2000-an. Tidak pernah memainkannya, tapi selalu terinspirasi dengan frase itu. Need for Speed. It rhymes, and it chimes.
Bukan sekali dua aku terpikir dan membayangkan ingin mencoba balapan di sirkuit resmi. Uh, tanpa halangan perintang pasti nikmat sekali melintas mulus di atas aspal panas.
Dulu, waktu sering melaju dengan Supra X ku, aku sering menikmati jalanan dengan kecepatan (cukup) tinggi. Abaikan fakta bahwa aku perempuan berjilbab. Ada sesuatu yang menggetarkan jiwa saat melaju kencang di atas jalanan. Risiko? Hm, dalam hidup apa sih yang tidak berisiko? Toh semua kulakukan dengan perhitungan dan tidak ugal-ugalan.
Satu kecelakaan motor tunggal yang kualami selama inipun justru terjadi karena aku mengantuk sepulang acara menginap yang membuatku kurang tidur, dan bukan karena aku memacu kecepatan motorku.
Harus kuakui aku merindukan saat-saat itu. Bahkan kini saat lebih sering duduk di bangku navigator, eh penumpang, aku sering gemas dengan gaya menyetir kalem suamiku. Aaarghh!
Sial! Kenapa sih aku harus terlahir jadi adrenaline junkie!
Comments
Post a Comment