Skip to main content

Karir Impian: Masa SMA

Duh, masa SMA... saat hidup jadi lebih rumit dari sebelumnya..

Ohya, sebagai informasi, selama SMA aku menjalani kelas satuku di Bandung lalu kelas dua dan tigaku di Jogja. Dan waktu kenaikan dari kelas dua ke kelas tiga, aku tidak sekolah dua bulan karena exchange AFS ke Jepang. Penting? Ya, penting buatku, agar tidak amnesia. Ahaha.

Waktu kelas satu di Bandung, aku sempat ikut klub debat yang kakak-kakak pengasuhnya anak-anak Fikom UNPAD. Bermula sejak itu aku udah mulai ada rasa-rasa tuh ya sama Jurusan Komunikasi. Tapi cupu as I was, belum kebayang bakal berkarier sebagai apa.

Selama SMA, sejujurnya ini masa paling malas belajar bagiku, apalagi dibandingkan masa SD dan SMP. Mungkin karena mulai kenal romansa? Halah.. Yang kuingat sih aku sedang sangat menikmati masa berorganisasi, masa eksplorasi minat dan kesukaan, mencoba banyak hal baru. Ikut OSIS, lomba-lomba debat, bahkan ikut seleksi dan lolos berangkat exchange. Di saat yang sama aku tak berminat sekolah karena mulai "dipaksa" memilih penjurusan. Aku tak nyaman jadi anak IPA, karena tidak suka Fisika dan Kimia. Tak sreg jadi anak IPS karena buta Akuntansi  dan Ekonomi. Kalau tidak harus pindah sekolah sih mending masuk kelas Bahasa. Jadilah sekolah hanya demi lulus dan bisa kuliah.

Tapi dalam pencarian minat dan kesukaan itulah aku sadar betapa aku jatuh cinta dengan isu lingkungan, jatuh hati dengan bahasa, dan jatuh bangun memahami isu-isu dunia. Bisa dibilang arah karirku adalah to make the world a better place!

Sampai di bulan-bulan terakhir sebelum UN pun aku belum tahu arah karirku, tapi sudah mulai mengerucut jurusan-jurusan kuliah yang kuincar. Tadinya aku masih mau bertaruh pilih KU/FK karena, ya ortu mana sih yang ga akan dukung anaknya jadi dokter. Tapi kubatalkan karena kuputuskan ingin menikmati masa kuliah tidak sekadar kuliah-praktikum-nulis laporan. Toh aku buruk dalam kemampuan menghapal.

Gara-gara terpesona dengan cerdas dan kerennya seorang Tika Bisono di televisi sebagai seorang humas sebuah perusahaan, akhirnya kutetapkan Komunikasi sebagai pilihan pertama. Karena aku anak IPA, aku harus pilih satu jurusan eksak agar bisa ikut IPC. Awalnya aku semangat memilih Konservasi Kehutanan/KSDA yang cocok dengan passionku, tapi urung karena ibuku tak setuju anaknya keluar masuk hutan. Hmpft..

Akhirnya aku daftar UMPTN (SNMPTN saat itu) dg pilihan Komunikasi, Sastra Inggris, dan Biologi.

Kemana pilihanku mengantarku?
Simak di tulisanku selanjutnya!

Comments

Popular posts from this blog

19

Sejak kapan saya suka angka 19? Mungkin sejak SD, sejak kenal bilangan prima. Ya, 19 adalah bilangan prima, yang istimewa, berdiri sendiri, tidak memiliki bilangan faktor, tidak bisa dibagi bilangan lain selain satu dan dirinya sendiri.  Sejak itu, sepertinya angka 19 selalu punya makna tersendiri untukku. Salah satu kecenganku waktu SMP ultahnya jatuh di tanggal 19, walau sekarang aku sudah tak yakin, bulan Januari atau Februari ya hahaha.  Kalau dipikir, umur 19 juga istimewa karena mulai kenal @hysa. Apalagi setelah sadar kalau dies natalis fakultas kami selalu jatuh di tanggal 19 juga, tepatnya 19 September dan untuk di universitas 19 Desember. Begitu juga dengan beberapa tanggal wisuda kampus, selalu dijadwalkan di tanggal atau sekitar tanggal 19, empat kali dalam setahun. Tak heran juga akhirnya ketika mencari satu tanggal istimewa pengikat janji di musim kemarau, kami jatuhkan di 19 Juli. 190709 Bukan, ini bukan tulisan tema anniversary. Sekadar lintasan ide mengisi wak...

Perpetual Sadness

Dari Rabu atau Kamis denger pertama kabar Nanggala, hatiku remuk. Secara logika udah kuat banget dugaan mereka ga akan selamat. Kesedihan mulai merayapiku. Mulai kerasa sedih ga jelas Ga mood ngapa-ngapain Rasa kehilangan akan entah apa Kebayang kamu ga ada Hatiku lebih remuk lagi Kalo sampe itu terjadi Mulai muter lagu2 sedih Lagu Linkin Park paling kena sih Mungkin karena Chester nya Mungkin karena walau sedih tetap terasa kuat Menambah rasa ironi Sabtu malam dinyatakan tenggelam Ucapan duka bertebaran Rasa sedih menyeruak Minggu lebih banyak berita detail Ditemukan terbelah tiga Memuncak sedih ini Rasa kehilangan yang besar dan dalam Berusaha menghibur diri Namun dengan rasa bersalah Karena sepertinya dunia malah baru mulai berduka Tapi aku sudah hampir tenggelam Dalam kesedihan Mulai nonton dan baca berita berita analitis terkait, berusaha merasionalisasi kenyataan Tak terhindarkan Di luar kendali siapapun Lepaskan Ayo lanjutkan hidup

Understanding and Curing Limerence

(Excerpt from limerence .net , nothing was written by me) The phases of limerence Like other addictions, we see limerence originating from early life psychological wounding. We use it to fill a hole in our soul.  We  describe  limerence as the mother of all distractions and when working with clients in limerence we are  curious to uncover what is it the person avoiding dealing with?  So often there is deep unresolved emotional pain. The client has protected themselves by covering their hearts over the years and decades with layers and layers of reinforced concrete.  This was a survival mechanism necessary from growing up in a dysfunctional and often narcissistic family system. The reality is limerence never lasts – typically it spans from 6-36 months. Just long enough for us to pair-bond and continue the survival of the species. Recent advances in neuroimaging and neurochemistry are now mapping out these pathways for romantic love. We als...