Cipo adalah anak, eh, kucing kedua dalam keluarga kecil kami. Kami memeliharanya sekitar empat bulan setelah mengadopsi Luki. Cipo, si kucing emper toko, begitulah asal cerita dan namanya.
Di suatu pagi di bilangan Beji, Depok, hampir tujuh tahun yang lalu. Aku baru saja selesai belanja sayur dan lauk ketika mampir di sebuah toko kelontong. Di sanalah kutemuinya, anak kucing lucu tiduran di atas tumpukan kardus di depan toko kelontong. Warna putih bertotol abu-abu membuatnya tampak menggemaskan. Kuelus dan kusapa dia. Eh pemilik toko mempersilakanku membawanya. Kutanya, induknya mana. Pemilik toko berkata sepertinya sudah disapih, induknya meninggalkannya di sekitar toko, entah mereka tinggal dimana.
Aku tak yakin ingin menambah satu kucing lagi, belum tentu juga Luki bisa menerimanya. Akupun berlalu menuju rumah. Tak disangka, kucing kecil itu mengikutiku di belakang. Kucoba mengusirnya dengan halus tapi dia terus mengikutiku sambil mengeong pelan. Nuraniku mulai terusik. Aku selama ini percaya kucinglah yang memilih manusianya, bukan sebaliknya. Maka kuputuskan meminta kardus kecil ke toko tadi untuk membawanya pulang.
Mulailah bab kisah kami bersama Cipo.
Comments
Post a Comment